Sobat, Hari Ini Laut Kita Belum Bisa Tidur Tenang



Sobat, Hari Ini Laut Kita Belum Bisa Tidur Tenang

Senin, 8 Juni 2020 mungkin tidak akan asing lagi bagi mereka – para pecinta lautan yang hari ini sebagian besar merana. Sebagaimana diketahui,  bahwa laut adalah sahabat bagi nelayan maupun para komunitas pecinta laut,  dan saat ini mereka sama seperti lautan itu – tidak bisa tidur dengan tenang. Bagaimana tidak? Diluar sana masih banyak yang belum menyadari akan pentingnya keberadaan lautan bagi manusia. Bahkan figur-figur manusia ‘nakal’ cenderung mengeksploitasi lautan tanpa mempertimbangkan dampak yang mungkin ditimbulkan dari kerusakan ekosistem laut tersebut.

Laut (english: ocean) bukan hanya sebagai anak bagi bumi ini, namun ia adalah Ayah. Laut lebih mendominasi daripada daratan. Bahkan di negara dimana kita sekarang berpijak ini memiliki sebutan negara maritim karena begitu megahnya samudra yang terbentang di negeri yang kaya akan sumber daya ini. Dalam sebuah akun twitter milik Conservancy in Texas @nature_tx tertulis “The ocean covers 71% of our planet and supports 100% of life of Earth. What’s the ocean worth to you? #WorldOceansDay.” Hal itu menunjukkan betapa pentingnya laut bagi kehidupan.

Eksploitasi Rakus Manusia

Lalu mengapa saat ini, ketika melihat realita yang ada, manusia bukan semakin bersyukur dengan dikaruniainya lahan penampung air yang amat besar, namun mereka justru menguras sehabis-habisnya hingga hampir tidak ada yang tersisa. Bahkan menambah dengan pencemaran-pencemaran yang dapat mematikan makhluk tidak bersalah – dalam hal ini hewan serta tumbuhan yang habitatnya di laut.

Kasus eksploitasi dapat kita lihat dari berbagai macam pemberitaan. Melihat dari kaca mata dunia, mungkin masih banyak kasus yang berhasil digelapkan sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa kerusakan laut semakin parah tanpa ada tindakan hukum. Bahkan Dilansir dari laporan Yayasan Keadilan Lingkungan (EJF) per juni 2019 tahun lalu, menemukan adanya pelanggaran luas di industri makanan laut global, termasuk di Taiwan, Vietnam, dan berbagai tempat lain di Asia. Penangkapan ikan ilegal (illegal, unregulated, and unreported/IUU) telah merajalela di industri perikanan global. Hal ini karena sulitnya memantau aktifitas di laut lepas.

Sampah Menjadi Sarapan

Tak hanya permasalahan ekploitasi sumber daya alam di laut, permasalahan lingkungan juga kerap menggandrungi lautan kita. Hal ini disebabkan oleh adanya sampah yang tentu menimbulkan dampak yang cukup signifikan. Sampah tidak hanya hadir di lingkungan darat namun juga merambah hingga telihat memenuhi lautan Indonesia. Bahkan pada Desember 2019 Pemerintah Indonesia memperkirakan sampah laut Indonesia berkisar 0,27 juta ton – 0,59 juta ton per tahun. Penghitungan baseline data sampah laut telah dimulai sejak Februari 2018 yang melibatkan penelitian dari National Plastic Action Partnership (NPAP), Bank Dunia dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Secara global, sampah plastik mendominasi komposisi permasalahan pencemaran laut, sekitar 60-80 persen dari jumlah total (Debris Free Oceans, 2019).

Melihat kasus-kasus tersebut, perlu adanya langkah yang pasti untuk ikut menggerakkan masyarakat agar dapat menjaga ekosistem laut yang menjadi lahan hidup rakyat Indonesia. Langkah kecil seperti berkampanye tentang lingkungan pantai, dan mensosialisasikan dampak adanya pencemaran maupun tindakan ilegal di lautan serta ikut serta dalam mewujudkan Indonesia bebas sampah, terutama di laut. Tidak banyak yang dapat kita lakukan,  apalagi di masa pandemi ini. Namun setidaknya langkah kecil kita dalam dapat mengurangi kekrisisan ini. Semoga bumi semakin membaik dan laut dapat tidur dengan tenang.

Salam Lestari!

Salam Konservasi!

Penulis: Kismunthofiah ( Department of Social and Environmental 2020).

Referensi:

https://m.bisnis.com/amp/read/20191213/15/1180975/pemerintah-ri-perkirakan-sampah-laut-025-059-juta-ton-per-tahun- (Diakses pada 8 Juni 2020 Pukul 18.00 WIB).

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Getion Internal HMJ Biologi dan Gizi

HMJ Biologi Menebar Kebaikan Dengan Berbagi Takjil

Adakan Raker HMJ Biologi 2024 Gaungkan Tema Solidaritas